Monday, July 15, 2019

Celestine Wenardy satu-satunya siswa dari Indonesia yang berhasil menjadi 20 besar Google Science Fair 2019



Celestine Wenardy (16 tahun) akan terbang ke San Fransisco pada bulan Juli mendatang untuk bersaing dengan 19 finalis Google Science Fair 2019 lainnya dan mempresentasikan proyeknya yang berjudul “Affordable Noninvasive Continuous Blood Glucose Concentration Monitoring via Interferometry and Thermal Technology”. Celestine akan bersaing dengan siswa berbakat dari 13 negara lain memperebutkan satu hadiah utama yaitu beasiswa pendidikan dari Google.org sebesar 50,000 USD atau kesempatan menjadi 1 dari 4 penerima beasiswa pendidikan sebesar 15,000 USD dari Lego Foundation, Virgin Galactic, Scientific America, dan National Geographic.

Menjadi satu-satunya finalis dari Indonesia di ajang Google Science Fair 2019, Celestine mengembangkan sebuah alat glukometer yang dapat mengukur konsentrasi kadar gula dalam darah tanpa harus melakukan pengambilan sampel darah. Glukometer ini bisa dibilang sangat akurat, mencapai koefisien determinasi 0,843 dengan harga sekitar $63. Lebih murah dibandingkan dengan glukometer invasif yang tersedia di pasar yang dapat mencapai $1.000.

Alat yang dikembangkan Celestine ini diharapkan dapat menjawab beberapa kendala isu diabetes yang ada di Indonesia karena diklaim lebih murah dari harga glukometer yang ada di pasaran, mudah untuk digunakan, dan dapat digunakan tanpa melakukan pengambilan sampel darah. Metode interferometri dan teknologi termal yang digunakan Celestine dalam pengukuran konsentrasi glukosa darah yang Ia kembangkan menjadi penting karena menyadari fakta bahwa tidak sedikit masyarakat Indonesia, khususnya di pedalaman, yang masih segan dengan jarum suntik. Metode ini dapat menjadi alternatif bagi masyarakat luas dalam mencegah atau mengobati penyakit yang dapat dideteksi melalui darah.


Jika berhasil dikembangkan dengan baik, alat glukometer ini diharapkan dapat menurunkan angka kasus diabetes (berdasarkan data WHO tahun 2017 mencapai 10 juta kasus), menekan angka kasus diabetes yang tidak terdeteksi (berdasarkan data WHO tahun 2017 lebih dari 70%), dan memangkas kerugian akibat diabetes (diperkirakan sekitar 200 juta tiap tahun).


Celestine merupakan satu dari sekian banyak talenta berbakat Indonesia yang memberikan kontribusi positif melalui sains dan teknologi untuk membantu menyelesaikan tantangan dunia. Celestine mengakui bahwa sebagai generasi millennials yang tumbuh di tengah-tengah perkembangan teknologi, Ia merasa beruntung karena dapat mengeksplorasi minat dan bakatnya di bidang sains dan kemanusiaan lebih luas lagi. Untuk itu, Ia mengajak seluruh anak muda untuk memanfaatkan sumber yang ada untuk membuat perubahan dan membantu sesama.

Selamat kepada Celestine dan mari beri dukungan agar dapat bersaing dengan top 20 finalis Google Science Fair 2019 lainnya.

https:// indonesia.googleblog com/2019/05/celestine-wenardy-satu-satunya-siswa 

Share : Celestine Wenardy satu-satunya siswa dari Indonesia yang berhasil menjadi 20 besar Google Science Fair 2019

Related Posts

Celestine Wenardy satu-satunya siswa dari Indonesia yang berhasil menjadi 20 besar Google Science Fair 2019
4/ 5
Oleh

0 comments : Celestine Wenardy satu-satunya siswa dari Indonesia yang berhasil menjadi 20 besar Google Science Fair 2019

0 comments : Celestine Wenardy satu-satunya siswa dari Indonesia yang berhasil menjadi 20 besar Google Science Fair 2019